Rabu, 16 Agustus 2006

Tuhan dalam Bonek

Dari Jakarta kereta datang
Peluitnya tajam mengigit langit
semua orang berteriak:
Hidup di Surabaya,Hidup di Surabaya
aku terkejut.
Manusia membanjir jadi lautan hijau
hijau di depanku, hijau di belakangku
hijau di mana-mana
"hijau,aku cinta padamu hijau"
Anak-anak pengamen menyanyi
gitarnya memetik sepi:
"Apa gunanya kamu bertanya
siapa kamu sebenarnya
bukankah kamu hanyalah hijau seperti kami para bonek-bonek ini?"

Aku tersentak dari kesepianku
menari dalam lautan hijau
Memang hanya boneklah aku, ya Tuhan
aku tak punya apa-apa.
Kuikuti kau Tuhan.

b u k a n k a r e n a a k u b i s a
b u k a n k a r e n a a k u s u ci
b u k a n k a r e n a a k u p a n t a s
b u k a n k a r e n a a k u b i j a k.
h a n y a b o n e k l a h a k u.

Kuikuti Kau hanya karena hidungku
lapar akan harum wewangi-Mu
di jalan ketika tiada yang dapat kumakan
kecuali daun-daun kegersangan.

Tuhan, seandainya aku bukan bonek
takkan sampai aku di hari pesta ini
saat Kau hembusi aku dengan roh-Mu
dan Kau urapi aku dengan minya wangi-Mu
Harum bauku hari ini
menari-nari dalam pesta para bonek
Pengamen-pengamen menyanyi bersamaku

0 komentar: