Rabu, 07 Juni 2006

Aku sempat menjadi Anak yang manis


Memang saat SMP dulu aku jagonnya bolos sering nggak masuk ,padahal sudah kelas tiga justru makin parah aja.Aku sempat mau DO dari smp
Walau akhirnya sanggup juga aku menyelesaikan SMP dengan nilai nem biasa-biasa saja.
Entahlah kenapa aku menyia-nyiakan suatu masa yang seharusnya anak sebaya itu histerisnya bersaing mencetak prestasi?
Apa sebenarnya yang ada di kepala bodohku saat itu?
Apa yang aku inginkan pada masa itu ?
Apakah aku tidak sama seperti mereka layaknya anak muda yang menggantungkan cita-cita setinggi langit ?
Dan apakah tidak ada cinta yang memotivasi untukku bergaya hidup lebih romantis ?

Kepala bodohku ini tidak mengenal gaya hidup !
Kepala bodohku ini tidak mengerti bagaimana mencinta dan dicintai !
Tragisnya kepala bodohku ini lebih tidak memikirkan apa itu yang disebut MASA DEPAN ?
Aku menganalisa sekarang kenapa masa-masa yang konyol itu harus aku jalani ?

Bukan Abah yang salah ! meskipun beliau hanya seorang petani dan tukang kayu tapi ku fikir ayah cukup care dan sangat tahu bagaimana caranya memberikan pendidikan yang layak terhadap anaknya .(ketika itu adiku masih satu dan berusia 6 tahun) Aku masih ingat sekali tapi aku pada saat itu tidak mengerti bahwa sebenarnya Abah telah menjadi sosok Ayah yang perkasa dan bertanggung jawab.
Dari TK sampai SD kelas 6 buktinya aku bukan murid yang Bengal dan bodoh-bodoh amat. Ranking 5 besar ku pegang berturut –turut.
Kalau kulihat foto-fotoku dan nilai rapotku dari TK hingga kelas 6 SD aku baru berfikir bahwa sebenarnya aku sempat menjadi anak yang manis , sempat menjadi kebanggaan Emak dan Abah

Dan aku masih ingat tapi aku pada saat itu tidak mengerti ketika baru smp kelas satu sekolah mewajibkan siswanya untuk memilih dua ekskul dari 5 ekskul yang ada dan betapa Abah melarang keras .ketika aku memilih ekskul ngeband Aku juga masih ingat sekali ketika Abah dengan amarahnya yang memuncak memukul wajahku dan menjambak rambutku ketika ketahuan aku telah mencuri walkman teman sekelas
Aku baru berfikir mengapa itu aku lakukan ?
Apa yang membuat ku senekat itu?

Apakah abah nggak saggup membelikan ku walkman ?
Puncaknya ketika smp kelas tiga mau ujian akhir aku malah semakin menjadi-jadi badungnya
Nge-break lewat HT dan bongkar pasang pemancar radio..itu yang cukup menyita banyak waktuku untuk menjadi pelajar yang baik Berangkat dari rumah seragam biru putih , tapi nggak nyampe sekolahan, malah nongkrong di rumah teman breaker ngobrolin bagaimana bikin pemancar ?
Huhhhh! Kecanduan elektronika membuatku korup uang spp untuk beli komponen2 pesawat pemancar
Aku baru berfikir sekarang dan entah mengapa saat itu tidak . bahwa aku punya kompetensi dibidang itu !aku ada keinginan untuk jadi announcer !
Tapi kenapa aku tidak berfikir bahwa untuk memiliki skill sebagai teknisi radio itu perlu pendidikan formal Untuk menjadi announcer itu harus memiliki pendidikan dan wawasan yang luas artinya aku harus jadi pelajar smp yang rajin untuk mengejar nilai istimewa supaya mampu duduk di bangku SMA favourite , aku harus bergaya hidup wajar dan baik Tapi mengapa itu sama sekali tidak ada dalam kepala bodohku saat itu ???

Abah ..rupa-rupanya mulai enggan memikirkan aku ketika aku telah berulangkali membuat hatinya kecewa

Selesai SMP dengan nilai biasa-biasa saja !
Dan aku dengan begitu saja menumpuk ijazah itu di rak lemari

Tidak ada motivasi sama sekali untuk berusaha bagaimana hoby yang telah memporakporandakan masa remaja itu aku wujudkan menjadi sebuah impian yang menjadi kenyataan !
Harusnya aku menata langkah dan kemudian memilih SMA sebagai pendidikan lanjutan .
Tapi semua tak kulakukan aku seolah-olah telah melupakan semua
Terlebih Abah yang dingin dan memilih no comment bagaimana setelah smp !
Akhirnya aku harus break dulu setelah SMP
Hidup apa adanya tanpa tujuan dan cita-cita bahkan tanpa cinta

Aku seperti sosok Purbakala yang aneh bahasa ku adalah kelu dalam putaran waktu yang terus berlalu Aku tidak ambil bagian dalam kontest kehidupan masa remaja yang indah ,
Aku lebih banyak memarginalkan diri dalam sudut sudut sepi Aku telah mengangkat diriku sebagai penyair dungu berkawan tulisan –tulisan puitis entah untuk siapa ??

Dua tahun kulalui sebagai anak kampung yang bekerja sehari –hari sebagai kuli batu dari satu tempat ketempat yang lainnya .hitam kelam dan memeras keringat menerima upah entah untuk siapa entah untuk apa ? aku bukan remaja yang menyenangin koleksi baju –baju karena pada masa itu kata GAUL belum diciptakan .
Aku bukan remaja yang butuh perhatian wanita untuk mencinta dan dicintai.
Lembar hari hariku hanya terisi coretan coretan tak beraturan bukan tulisan yang bermakna ataupun lukisan indah dan berwarna





Entahlah saat aku menulis ini pun aku masih mencari kalimat yang bisa menguraikan sebuah jawaban yang tepat mengapa aku begitu ??
Apa mungkin semua itu tak beralasan ?

1 komentar:

Sisca mengatakan...

Mas, begitu dalam riwayat yg ditulis.

Tentang masa lalu, biarlah berlalu.

Selalu ada pembelajaran di setiap fase hidup kita.

Cheer up :)