Rabu, 07 Juni 2006

Si Dungu Anak Sekolahan


walau menjadi siwa sma yang biasa-biasa saja ,tapi aku sempat menjadi ketua osis
tapi setelah ku fikir –fikir , semua itu palsu , ini hanya masalah like and dislike , dan politik anak-anak kelas tiga yang akan melepaskan masa jabatan osis..karena saat itu ada dua kandidat .dan pengurus osis lama sangat tidak sepakat kalo osis dipegang rival ku .
aku tidak begitu respond bahwa sebenarnya aku telah dijadikan alat saja .
aku terpilih !
Osis lama rupa-rupanya telah menyusun rencana untuk melakukan demonstrasi menuntur trasnparansi kepala sekolah terhadap beberapa biaya diluar uang gedung dan spp
Dan alatnya adalah osis angkatanku
Pusing !!!
Aku harus menentukan satu sikap yang nggak memihak siapa-siapa
Bingung juga she !
Biarin di bilang banci nggak mau demo !
Anak 2 osis ku sepakat nggak ikut campur urusan anak2 kelas 3
Begitu juga nggak memihak sekolah
Kita tlah menutup masa blank masa regenerasi itu dengan se abreg kegiatan sekolah !
Selesai !!



Andi mantan ketua osis lama adalah teman baikku makan tidur main dirumah ku udah biasa Begitu juga kandidat tak terpilih Santo juga teman baikku share ngomongin cewek dia jagonya playboy kandang dan makan tidur bersama
Tapi Andi sangat tidak menyukai temperament santo
Makanya disinilah Nepotisme dibelakukan Andi jauh-jauh hari telah memutuskan memilih aku untuk meneruskan pemerintahannya !

Aku hanya president yang diperalat Andi untuk visi misinya
Sedangkan santo lebih pandai mencari simpati anak2 cwek dan nyetanin kabinetku,

Aku nggak bisa memungkiri walau mereka berdua pernah menjadi orang yang sangat aku benci dan membuat ku boring sepanjang dua tahun tapi mereka tetap menjadi sahabat yang setia
Aku sendiri juga nggak habis fikir !

Santo anak nya cuek bebek , dan untuk ukuran masa itu bisa dibilang gaul
Andi..orangnya otoriter dan sok bijak !
Aku yang dungu, hanya bisa mengambil sikap kadang nggak butuh mereka berdua
Aku punya visi misi sendiri sesuai team ku !
Jalan !
Oiya bagaiamana denga Abah dan emak , selama aku begitu serius menyibukan diri dengan organisasi .non formal , terus .sekolah dan osis ?
Dua tahun , aku kerja apa adanya , asal cukup untuk bayar spp dan uang saku Tapi , kedunguanku sangat tidak setimpal dengan perubahan yang menjadi gengsian-
Kelas tiga , wajarnya sangat banyak biaya ini –itu .
Aku males nggak mau kerja apa adanya , bahkan ada teman sekelas yang sangat sederhana, mereka adalah rahman dan jarno , anak yayasan yang keluarganya nggak mampu.
Mereka memncukupi biaya sekolah dengan berjualan Koran di trotoar , dan menjajakan produksi kuli tinta itu kesetiap orang yang berhenti di bawah lampu stopan .
Mereka bisa menjalani semua itu . mereka nggak malu , mereka nggak gengsi
Aku sempat mencoba ingin seperti mereka ..tapi nggak bisa mental gengsi tidak mau diajak kompromi , entahlah , aku mulai sombong , aku mulai nggak nyadar.
Bahwa aku adalah anaknya Emak dan abah, keluarga miskin di kampung

Akhirnya menginjak pertengahah kelas tiga , Abah mulai merogoh saku untuk memenuhi , spp dan uang sakuku
Bagaiamana dengan bea siswa yang telah dijanjikan pak mardji?
Sebenarnya beliau selalu menawarkan itu
Tapi aku mulai gengsi , masa sekolah SMA nggak mampu sih , masa harus dapat bea siswa bantuan dari orang lain she ?

Memang apa Abah nggak mampu ?
Aku diam-diam menyimpan pemahaman keliru besar itu ! sepantasnya itu jika emak abah adalah orang yang kaya raya

Aku mulai bergantung lagi dengan apa yang diberi oleh abah , Sampe menjelang masa akhir SMA
Rupanya rupanya keiniginan menjadi announcer itu terlalu menggebu sehigga menyulut ku untuk menebus masa dua tahun yang berlalu tanpa apa –apa itu
Aku sangat menyesal harus sekarang aku udah semeste 4 dan jadi mahasiswa
Tapi baru sekarang aku akan memulai nya !

Ku paparkan keigininanku untuk meneruskan pendidikan dari sma ke perguruan tinggi
Janji janji dan mimpi-mimpi mulai ku tebar dan ku obral di hadapan emak abah Aku ingin memperbaiki masa lalu yang terkoyak itu , yang terlewati tanpa asa itu ,
Tapi apalah daya, Emak abah tak cukup biaya jika aku harus mengambil yang empat tahun dengan gelar sarjana itu
Abah telah lanjut usia !
Tenaganya tidak memadai jika harus menggarap sawah , sendirian , dan jual jasa sebagai tukang kayu mulai berkurang pelangganya karena telah bermunculan genarasi pembuat mebel yang lebih muda , dinamis dan kreatif
Anaknya pun sudah bukan aku saja !

Tapi telah bertambah tanggungjawabnya untuk dua adikku yang ketika aku lulus SMA adikku nomer dua duduk di bangku smp kelas 2 dan adiku yang terakhir duduk di TK nol besar ,sangat jauh memang jarak antara aku dan kedua adikku.
Begitu juga jarak Abah selisih 10 tahun dengan Emak .
Abah tergolong jejaka tua yang menikah dengan anak ingusan , Emak dengan jasa menjahit pakaian nya pun mulai surut , seiring dengan munculnya anak-anak muda karang taruna yang bisa membuat mode baju yang lebih styliest ,
Bisa dibayangkan, jika aku jadi Abah pada masa-masa yang sulit seperti itu,
Himpitan ekonomi dengan dera krisis moneter .

Akhirnya ,

setengah hati abah menjual sawah sepetak peninggalan mbah kakung , untuk memenuhi tuntutan hidup , dan biaya aku kuliah , yang hanya mampu mengambil berbasis kompetensi Diploma satu .
itu pun yang harus bisa cepat dapat kerja .
Paman kebetulan dari lembaga pendidikan diploma satu dan sekarang bekerja di Sheraton hotel Surabaya .Ia menjanjika kerja disana setelah lulus dari diploma satu .Akhirnya dengan berbagai pertimbangan , dan kesepakatan orang tua. Aku melupakan sejenak keinginan ku jadi announcer . Aku mengikuti jejak paman , kuliah diploma satu jurusan perhotelan.
Di sebuah lembaga pendidikan di kota malang .

1 komentar:

Sisca mengatakan...

Mas, jalani sepenuh hati, dan nikmati hasilnya kemudian.

Byk kok orang2 yg berhasil di bidang perhotelan.